Sumber : “Limadza Taqsu Qulubuna” Al-Qism al-Ilmi Darul Wathan. [alsofwa]
Seperti yang dijanjikan, dicatatkan nota sambungan ke-3 untuk tajuk yang sama yang telah dicatatkan dahulu. Setelah diperhatikan contoh2 hati keras dan sebab2 hati menjadi sebegitu, kitab ini menyimpulkan beberapa langkah yang dapat kita amalkan untuk memupuk hati yang lembut dan tunduk dengan kebesaran Allah…
Di antara jalan2 yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah:
Seperti yang dijanjikan, dicatatkan nota sambungan ke-3 untuk tajuk yang sama yang telah dicatatkan dahulu. Setelah diperhatikan contoh2 hati keras dan sebab2 hati menjadi sebegitu, kitab ini menyimpulkan beberapa langkah yang dapat kita amalkan untuk memupuk hati yang lembut dan tunduk dengan kebesaran Allah…
Di antara jalan2 yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah:
• Ma'rifat (mengenal) Allah
Siapa yang kenal Allah, maka hatinya pasti akan tunduk dan lembut, dan siapa yang jahil terhadap-Nya, maka akan keras hatinya. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah, maka akan semakin berani melanggar batasan-Nya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaan Nya.
Siapa yang kenal Allah, maka hatinya pasti akan tunduk dan lembut, dan siapa yang jahil terhadap-Nya, maka akan keras hatinya. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah, maka akan semakin berani melanggar batasan-Nya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaan Nya.
• Mengingat Maut
Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, juga penderitaan menjelang sakaratul maut termasuk ke dalam mengingat maut. Memperhatikan pula orang-orang yang telah mendekati kematian dan menghadiri jenazah. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan dari keterlenaan. Sa’id bin Jubair berkata, "Seandainya mengingat mati lepas dari hatiku, maka aku takut kalau akan merosak hatiku."
Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, juga penderitaan menjelang sakaratul maut termasuk ke dalam mengingat maut. Memperhatikan pula orang-orang yang telah mendekati kematian dan menghadiri jenazah. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan dari keterlenaan. Sa’id bin Jubair berkata, "Seandainya mengingat mati lepas dari hatiku, maka aku takut kalau akan merosak hatiku."
• Berziarah Kubur dan Memikirkan Penghuninya.
Bagaimana mereka yang telah ditimbun tanah, bagaimana mereka dulu makan, minum dan berpakaian dan kini telah hancur di dalam kubur, mereka tinggalkan segala yang dimiliki, harta, kekuasaan, pangkat maupun keluarga, lalu ingat dan berfikir, bahwa sebentar lagi dia juga akan mengalami hal yang sama.
Bagaimana mereka yang telah ditimbun tanah, bagaimana mereka dulu makan, minum dan berpakaian dan kini telah hancur di dalam kubur, mereka tinggalkan segala yang dimiliki, harta, kekuasaan, pangkat maupun keluarga, lalu ingat dan berfikir, bahwa sebentar lagi dia juga akan mengalami hal yang sama.
• Memperhatikan Ayat-ayat Al- Qur'an.
Memikirkan ancaman dan janjinya, perintah dan laranganNya. Kerana dengan memikirkan kandungannya, maka hati akan tunduk, iman akan bergerak mendorong untuk berjalan menuju RabbNya, hati menjadi tunduk dan takut kepada Allah.
Memikirkan ancaman dan janjinya, perintah dan laranganNya. Kerana dengan memikirkan kandungannya, maka hati akan tunduk, iman akan bergerak mendorong untuk berjalan menuju RabbNya, hati menjadi tunduk dan takut kepada Allah.
• Mengingat Akhirat dan Kiamat
Huru-hara dan kedahsyatannya, Surga dengan kenikmatannya, neraka dengan penderitaannya yang disediakan untuk para perlaku dosa dan kemaksiatan.
Huru-hara dan kedahsyatannya, Surga dengan kenikmatannya, neraka dengan penderitaannya yang disediakan untuk para perlaku dosa dan kemaksiatan.
• Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Dzikir dapat melembutkan hati yang keras. Karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka kekerasan hati makin memuncak pula. Kalau insan yang suci dari dosa seperti Nabi s.a.w itu beristighfar tidak kurang dari 100 kali setiap hari, apakah layak kita yang hina dina dengan dosa ini untuk melakukan kurang daripada itu?
Dzikir dapat melembutkan hati yang keras. Karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka kekerasan hati makin memuncak pula. Kalau insan yang suci dari dosa seperti Nabi s.a.w itu beristighfar tidak kurang dari 100 kali setiap hari, apakah layak kita yang hina dina dengan dosa ini untuk melakukan kurang daripada itu?
• Mendatangi Orang Soleh dan Bergaul dengan Mereka.
Orang soleh akan memberikan semangat ketika kita lemah, mengingatkan ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
Orang soleh akan memberikan semangat ketika kita lemah, mengingatkan ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
• Berjuang, Muhasabah dan Melihat Kekurangan Diri.
Manusia, jika tidak mau berjuang, bermuhasabah dan melihat kekurangan diri, maka dia tidak tahu, bahawa dirinya sakit dan banyak kekurangan. Jika dia tidak merasa sakit atau punya kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki diri atau bertaubat?
Manusia, jika tidak mau berjuang, bermuhasabah dan melihat kekurangan diri, maka dia tidak tahu, bahawa dirinya sakit dan banyak kekurangan. Jika dia tidak merasa sakit atau punya kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki diri atau bertaubat?
Inilah penghujung bagi siri mengubat hati yang keras yang dapat diringkaskan dari sumber ini. Semoga Allah menginsafkan hati kita semua untuk menerima dan menjalankan kebenaran serta menjauhkan diri dari perkara2 yang ditegahNya.
Amin.
Amin.
0 comments:
Post a Comment